Mengenai Saya

Foto saya
secang magelang, jawa tengah, Indonesia

Selasa, 14 September 2010

untuk adik-adikku ...

karantina UN 2010
Kepada adik – adikku

Calon peserta Ujian Akhir

Yang saya banggakan


Assalamu’alaikum wr wb.,

Alhamdulillah wasy syukru lillah,ash sholatu was salam ‘ala Rosulillah, amma ba’dah.

Pertama kali saya sampaikan selamat kepada kalian semua yang sampai saat ini sudah tercatat dalam daftar Nominasi Calon Peserta Ujian Nasional dan Ujian Madrasah tahun 2010. Semoga tidak ada aral melintang sehingga sampai waktunya kelak semuanya bisa mengikuti ujian dengan selamat dan sukses.


Saya awali tulisan saya ini dengan ucapan selamat karena memang ditengah pelaksanaan kurikulum yang dijalankan di madrasah serta pondok kita ini, boleh tidaknya seseorang siswa-santri mengikuti Ujian akhir masih menjadi perdebatan bagi semua civitas akademika di kampus kita ini, baik itu dari segi pencapaian dan ketuntasan materi/kompetensi ataupun akhlaq dan tingkah laku. Namun sampai saat ini semua yang kita daftarkan untuk mengikuti ujian, nama-namanya masih utuh, tidak berkurang jumlahnya.

Maka, bersyukurlah kalian bahwa pada tahun ini masih belum kita berlakukan diskualifikasi atau pencoretan (eliminasi) calon peserta Ujian Akhir Nasional/Madrasah bagi yang belum tuntas dan menyelesaikan materi pelajarannya atau karena akhlaqnya yang kurang layak untuk dipertimbangkan.


Adik-adikku yang saya banggakan,

Sengaja saya tulis tulisan ini sebagai bentuk “curhat” saya, baik selaku pribadi, guru, maupun yang diberi amanah untuk menjadi Ketua Panitia Madrasah Penyelenggara Ujian.

Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, kalaupun kalian kurang berkenan untuk membacanya, silahkan kertas ini kalian remas-remas, sobek-sobek dan kalian buang atau bakar. Saya ridlo dengan hal itu daripada menyakitkan perasaan kalian. Dan saya juga menyadari jika kalian selesai membaca tulisan saya ini belum tentu bisa merubah cara pandan dan gaya hidup kalian untuk menjadi seperti yang saya angankan.

Tapi kalau memang berkenan, silahkan teruskan untuk membacanya, semoga ada manfaatnya.


Adik-adikku,

Sampai saat ini sudah empat kali UCO atau Try Out UN yang kalian ikuti. Bagaimana hasilnya tentu kalian sendiri sudah tahu walaupun pihak madrasah belum menempelkannya secara resmi, karena memang dari UCO inilah diharapkan setiap individu mampu menyadari kekuatan dan kelemahannya dalam menghadapi Ujian yang sesungguhnya. Untuk itulah selalu saya tekankan agar mengerjakan UCO dengan kemampuan diri yang maksimal, jangan menyontek atau mengandalkan jawaban dari orang lain, karena hal itu hanya akan menipu diri sendiri.

Untuk yang sudah memperoleh hasil yang memuaskan saya ucapkan selamat dengan syarat jangan merasa puas dan takabbur. Teruslah berupaya untuk meningkatkan prestasi yang lebih maksimal lagi, tapi jangan dipaksakan sehingga bisa over dosis. Bagi yang belum beruntung, masih ada waktu untuk memperbaiki diri, jangan patah semangat, dengan terus memohon ridlo dan ma’unah Allah agar memudahkan kita dalam belajar dan berusaha.


Adik-adikku,

Baik bagi kalian yang sudah berhasil muaupun yang belum puas dengan hasil UCO, saya mengajak untuk terus berusaha untuk lebih giat belajar dan berusaha guna menyongsong Ujian Akhir di Madrasah dan Pondok ini, baik itu Ujian Nasional maupun Ujian Madrasah.

Ingatlah bahwa sebagian dari masa depanmu adalah kau ukir dan kau tentukan dari keberhasilanmu dalam ujian ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan berharga ini dengan meremehkannya ataupun tidak memperdulikannya. Persiapkanlah segala sesuatunya dengan maksimal agar kesuksesan dan kebahagiaan dapat kamu raih. Ingat juga bahwa penyesalan selalu datang belakangan.

Mumpung belum terlambat, ayo kita perbaharui niat dan usaha kita untuk kesuksesan dan kebahagiaan itu. Inilah saatnya untuk membuktikan bahwa kita bisa dan mampu untuk berprestasi, bahwa kita tidak menyia-nyiakan kesempatan, waktu dan harta dari orang tua serta wali yang telah membiayai belajar kita di madrasah dan pondok ini. Inilah kesempatan untuk membuktikan kepada guru-guru, asatidz dan terutama Abah Kiayi, bahwa kamu bukan siswa-santri yang tidak berbakti dengan ilmu dan pengetahuan yang telah mereka ajarkan.


Adik-adikku,

Madrasah dan pondok tempat kita bernaung saat ini sudah kadung terkenal, terutama eksistensi Abah dengan inovasi kurikulum pendidikan dan pembelajarannya. Sebelum ada pondok pun madrasah ini juga sudah terkenal dengan alumninya. Kalaulah saat ini kalian sebagai calon alumni Yajri, calon alumni santri Abah, lalu sudah siapkah kalian untuk menjadi alumni dengan keadaan dan kondisi yang ada pada diri kalian saat ini ?

Saya tidak akan mengatakan bahwa pihak pengelola madrasah akan malu kalau kalian tidak lulus, tetapi saya ingin mengembalikannya pada diri kalian. Kalian telah menempuh pendidikan dan pembelajaran di sini + 3-6 tahun, lalu apakah yang akan kalian banggakan setelah keluar dari madrasah/pondok ini ? apa yang kalian peroleh selama di sini ? apa yang bisa kalian manfaatkan setelah tidak lagi belajar di sini ? apa yang akan kalian jadikan bekal untuk meneruskan belajar di perguruan tinggi atau pondok pesantren lainnya atau ketika kembali ke rumah ? apa yang akan kalian amalkan dan kerjakan dalam kehidupan nyata bermasyarakat kelak ? pantaskah untuk menerima ijazah dan surat tanda tammat belajar …? sudah layakkah menyandang gelar “ALUMNI YAJRI” ?


Adik-adikku,

Terpaksa saya menulis tulisan ini karena saya tidak mampu untuk menyampaikannya secara verbal di depan kalian karena memang keterbatasan kompetensi verbal saya serta waktu yang bisa saya manfaatkan.

Sekali lagi, kalau kalian merasa terganggu dan kertas ini tiada berguna untuk kalian, silahkan buang atau bakar saja daripada mengganggu dan menyita waktu kalian.

Terus terang amanah yang saya terima sebagai Kepala Madrasah amatlah berat untuk mengantarkan kalian pada sebuah kesuksesan yang dinamakan LULUS UJIAN. Kelulusan sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab Kepala Madrasah, Pak Kiayi, Guru-guru maupun Asatidz, karena yang akan mengikuti ujian dan mengisi lembar jawab adalah siswa-santri, yaitu kalian sendiri. Untuk itu, sebesar usahamu, sebesar itu pula keuntungan yang nakan kamu peroleh.

Dulu Kiayi saya sering mengatakan, “ Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu ”. Maksudnya, sebesar kesadaran diri kita dalam menghadapi ujian dan kehidupan, sebesar itu pula keuntungan yang akan kita peroleh. Jika kesadaran itu baru sebatas yang penting hidup di pondok ini happy-happy saja ya sebatas itulah yang kamu dapatkan, setelah puas dengan ke-happy-anmu, tidak ada kepuasan lain yang menyertainya, apalagi kepuasan batin yang mendapat rahmat dan ridlo Allah SWT.

Saya sering merasa iri jika melihat dan sedikit membanding-mbanding masa usia kalian dengan masa usia pelajar sekolah/madrasah atau santri pondok lain, yang mana saya melihat kedewasaan kalian belum sebanding dengan mereka. Pada masa seperti usia kalian saat ini, seharusnya sudah tumbuh kedewasaan berpikir dan berbuat yang lebih layak lagi daripada yang kalian kerjakan saat ini. Ini bukan berarti saya menganggap kalian kekanak-kanakan. Lihatlah teman-teman seusia kalian di luar sana, lalu bandingkan dengan diri kalian sendiri, apa kelebihan dan kekurangan kalian ?

Disaat yang Lain berjibaku, berjihad dan berjuang untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan dengan bersungguh sungguh belajar, mengikuti les dan bimbingan belajar, privat dengan biaya mahal, menambah ibadah sunnah dan berdoa untuk mendekatkan diri pada Allah dan mencari ridlo serta ma’unahNya, nah apa yang kalian kerjakan …?


Adik-adikku,

Masih ada waktu untuk berbuat, galilah potensi dalam dirimu dengan prestasimu untuk meraih kesuksesan dan kebahagianmu, jangan kau sia-siakan amanah dari Allah SWT dalam mengelola waktu dan tubuhmu. Gunakan kesempatan yang ada untuk menambah kualitas hidupmu.

Masih banyak yang ingin saya sampaikan sebenarnya, insya Allah dilain kesempatan bisa diteruskan. Anggaplah ini bukan nasehat tapi sekedar curhat saya kepada kalian, semoga bermanfaat, mohon maaf kalau mengganggu dan menyita waktu dan pikiran kalian, semoga Allah meridloi.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Secang, 6 Maret 2010

Akhukum fillah,


Sitah Akhmad Zaenuri

Tidak ada komentar: