Alkisah, ada salah seorang murid Aristoteles (seorang ahli filsafat dari Yunani) yang sangat malas. Karena sudah mencapai puncaknya, suatu hari Aristoteles memperingatkan murid tersebut untuk merubah perilaku kemalasannya agar lebih giat dalam belajar. Namun murid tersebut menjawab, “Apa yang harus saya lakukan ?, saya tidak memiliki kesabaran terhadap kelelahan serta kejenuhan belajar.”
Mendengar jawaban itu, Aristoteles berkata kepada muridnya, “kalau demikian, tidak ada jalan lain bagimu kelak, kecuali harus sabar menghadapi kesengsaraan dan kebodohan.”
Jawaban Aristoteles di atas sepadan dengan apa yang disampaikan oleh salah seorang ulama’ muslim yang menyampaikan bahwa jika kita tidak patuh dengan nasehat ustadz (guru), maka kita harus siap menanggung akibat dari ketidakpatuhan itu.
إنّ المعلّم و الطبيب كلاهما#
لا ينصحان إذا هما لم يكرما
فاصبر لدائك إن جفوت طبيبها#
واقنع لجهلك إن جفوت معلّما
meminum obat, menjaga kesehatan dan menjauhi larangan yang berakibat negatif, tentu sang pasien akan cepat sembuh dari penyakitnya.
Begitu juga dengan murid. Jika sang murid ingin menjadi pandai, pintar dan sukses, sudah barang tentu ia harus patuh dengan nasehat gurunya. Nasehat untuk tidak malas belajar adalah nasehat yang harus diperhatikan dan diamalkan. Bagaimanapun juga, seorang murid tidak boleh malas.
Jika kita runut kosa kata ini, murid berasal dari bahasa Arab yang berupa ism fa’il dari kata kerja أراد – يريد – مريد yang berarti orang yang mau dan berkeinginan. Dalam konteks ini, murid adalah seseorang yang mau belajar dan berkeinginan untuk belajar mengetahui sesuatu. Untuk itulah dalam bahasa Indonesia juga dikenal istilah Pelajar sebagai subyek untuk menyebut siswa yang sedang bersekolah. Disebut pelajar karena memang ia bertugas untuk belajar.
Belajar, untuk apa ?, secara naqly banyak sekali dalil baik secara eksplisit (manthuq) maupun secara implisit (mafhum muwafaqah/mukholafah) yang mendukung seorang muslim untuk belajar dan mencari ilmu. Dalam tulisan ini akan penulis tidak akan menyampaikan dalil-dalil tersebut, yang insya Allah akan penulis bahas di lain kesempatan.
Yang jelas, belajar adalah sebuah proses untuk mengetahui sesuatu menjadi lebih terang dan jelas, sehingga pengetahuan yang dipelajari tersebut dapat diamalkan baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dari pengetahuan itu.
dikatakan belajar, jika ia mengalami proses perbaikan yang berkesinambungan (terus-menerus)dalam dirinya, baik cara berpikirnya, mentalitas dan perilakunya.” Ta’rif ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh ahli pendidikan, yaitu bahwa hasil pendidikan dapat dilihat dari cara berpikir seseorang yang mengikuti pendidikan tersebut, sikap, kepribadian dan tingkah lakunya. Kalau hal-hal tersebut mengalami perubahan yang bernilai positif daripada sebelumnya, maka bias dikatakan bahwa orang tersebut berhasil dalam belajar dan pendidikannya.
تعلَم ! فليس المرء يولد عالما #
وليس أخو علم كمن هو جاهل