Mengenai Saya

Foto saya
secang magelang, jawa tengah, Indonesia

Selasa, 14 September 2010

pembelajaran sorogan

sorogan ustadz madan
Pengelola lembaga pendidikan Ponpes Sirojul Mukhlasin 2, MTs-MA Yajri tidak memberlakukan metode sorogan secara leterlek sebagaimana yang terjadi dalam pembelajaran di lingkungan pondok pesantren salaf, tetapi mengambil ruh dan motivasi dari metode pembelajaran sorogan. Metode ini digunakan sebagai pola pendekatan belajar individual, dengan tujuan pembelajaran yang berpusat pada siswa. sehingga dapat lebih melayani dan mengembangkan potensi akademik peserta didik, juga memotivasi peserta didik untuk melaksanakan akselarasipendidikan dan pembelajaran dengan tidak mengabaikan unsur pendidikan lainnya. Selain itu, kegiatan belajar mengajar dengan metode ini disamping untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diajarkan, juga diarahkan untukl mendorong individu siswa-santri belajar sepanjang hayat (tidak terbatas di ruang kelas) serta mewujudkan masyarakat belajar (learning society) serta kompetisi akselarasi pencapaian ketuntasan.
Dalam pelaksanaannya, metode ini tidak diterapkan secara apa adanya sebagaimana pembelajaran tradisional di pesantren, tetapi ada beberapa inovasi yang diterapkan dalam metode ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Beberapa inovasi dalam metode sorogan tersebut adalah :
  1. 1. Moving Class.
Pada sistem ini, manajemen tiap kelas dirancang sedemikian rupa sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif dan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Pada sistem ini, setiap guru dan mata pelajaran tertentu mempunyai ruang kelas pribadi, sehingga untuk mengikuti pelajaran, setiap siswa-santri harus berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan.  Ini sesuai dengan istilah moving class itu sendiri yang berarti kelas bergerak. Dengan adanya ruang kelas pribadi bagi setiap guru, siswa-santri harus bisa mencari kelas sesuai dengan mata pelajarannya saat itu..
Hal ini seperti metode sorogan dalam lingkungan pesantren, yang mana santri yang ingin mengkaji suatu kitab akan mendatangi kiai atau ustadz yang dianggap mumpuni untuk mengajarnya. Santri akan menyorogkan kitabnya kepada kiai atau ustadz agar dibacakan sebagaimana lazimnya pembelajaran di pesantren.
Dengan adanya sistem moving class ini siswa-santri dibiasakan untuk belajar secara kontekstual di luar kelas tetapi masih dalam lingkungan komplek madrasah dan pesantren.  Dalam sistem ini, peserta didik dikelompokkan dalam small group menurut kemampuan masing-masing, dan mereka masuk ruang belajar sesuai kelompoknya. Dengan demikian peserta didik yang belum mendapat kesempatan untuk masuk menunggu di luar ruangan sambil mempersiapkan diri guna menyorogkan hasil belajar atau berkonsul.
Dengan jadwal pelajaran yang hanya dua pelajaran setiap harinya, siswa-santri dipersilahkan mengikuti salah satu pelajaran terlebih dahulu, untuk kemudian setelah menyelesaikan satu pelajaran, secara bergantian mengikuti pelajaran yang lain sesuai jadwal pada hari itu.
  1. 2. Team Teaching
Yang dimaksudkan dalam sistem ini adalah adanya dua orang guru atau lebih yang bekerja sama dalam memberikan satu pelajaran tertentu. Sistem ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu siswa agar lebih lancar dalam proses belajarnya, juga untuk lebih meningkatkan kerjasama antar guru dalam memikirkan dan mengembangkan mata pelajaran yang diajarkannya.
Guru-guru yang tergabung dalam team teaching ini berasal dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang beragam, sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. Dalam pelajaran Biologi misalnya, ada guru yang berlatar belakang pendidikan pertanian, ilmu Biologi murni dan pendidikan biologi. Untuk pelajaran Fisika, ada yang berlatar belakang pendidikan Fisika murni dan Fisika terapan. Atau dalam Bahasa Inggris, para guru yang tersedia mempunyai kemampuan yang menonjol satu sama lain dari empat ketrampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian mereka bisa saling bekerjasama dan saling melengkapi satu sama lain. Peserta didik pun bisa lebih berkonsentrasi pada pengetahuan yang mereka minati.
Dalam pelajaran agama, para guru dan ustadz yang tergabung dalam team teachingdisesuaikan dengan passing grade yang akan dilalui siswa-santri. Untuk peserta didik tingkat dasar atau pemula akan diajarkan oleh guru/ustadz yunior, demikian selanjutnya guru/ustadz yang lebih senior akan menangani siswa-santri yang senior pula. Mayoritas para guru dan ustadz yang mengampu mata pelajaran agama adalah alumni madrasah dan pondok ini.
Selain itu, team teaching juga dimaksudkan untuk mengakomodir jumlah peserta didik yang tidak sebanding dengan jumlah guru. Dalam metode sorogan yang lebih berorientasi pada pembelajaran individual, seorang guru menghadapi sejumlah peserta didik yang tidak seimbang merupakan beban dan masalah tersendiri. Untuk itu dengan adanya team teaching diharapkan dapat menjadi solusi bagi berjalannya proses pembelajaran.
  1. 3. Accelerated learning.
Dalam pelaksanaan metode sorogan ini, dimungkinkan bagi peserta didik untuk mempercepat masa studinya jika ia sanggup dan mampu menuntaskan materi-materi atau kompentensi yang telah ditetapkan, lebih cepat dari waktu yang ditentukan..
Dalam hal ini, kualitas peserta didik tidak dilihat dari kelas berapa ia duduk, tetapi seberapa banyak kompetensi yang telah ia tuntaskan dan kuasai. Untuk itu, di madrasah ini tidak mengenal sistem kenaikan kelas sebagaimana layaknya sekolah atau madrasah lainnya.
Sebagai aplikasi dari program akselarasi ini, siswa-santri boleh menambah materi pada jenjang selanjutnya jika memang telah menuntaskan materi yang wajib diikuti pada tahun pembelajaran itu, walaupun secara administrative ia belum menduduki kelas selanjutnya. Sebaliknya, siswa-santri yang secara administratif sudah menduduki kelas yang lebih tinggi, tetapi ternyata ia masih belum menuntaskan materi pada kelas sebelumnya, maka ia dianggap mempunyai hutang yang harus dibayarkan sampai mendapatkan ketuntasan belajar pada materi tersebut.
Sebagai contoh pada mata pelajaran Biologi yang diampu oleh tiga orang guru sebagai bentuk team teaching. Misalkan dalam 1 tahun setiap siswa-santri tingkat kelas dua MA harus menyelesaikan enam bab materi/kompetensi dasar yang telah ditentukan oleh tiga orang guru sebagai pengampu, yang mana peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan pilihan guru dan ruang belajar mana dulu yang akan didatangi untuk menyorogkan ilmunya. Jika dalam jangka satu tahun itu seorang siswa-santri dapat menuntaskan enam materi yang telah ditentukan, sementara masih ada waktu luang dalam tahun pembelajaran itu, dan memungkinkan bagi siswa-santri tersebut untuk menambah materi pada jenjang selanjutnya (tingkat kelas tiga), maka kepadanya dipersilahkan untuk menambah materi tersebut sesuai kemampuannya.
Dan sebaliknya, jika dalam tahun itu siswa-santri tersebut belum menuntaskan materi tingkat kelas dua, maka pada saat siswa-santri tersebut secara administratif duduk di tingkat kelas tiga, ia masih harus menuntaskan materi biologi di tingkat kelas dua sebelum mempelajari materi tingkat kelas tiga.
Untuk sementara ini, program akselarasi dengan metode sorogan ini tampak lebih maksimal pelaksanaannya dalam pembelajaran materi keagamaan.
Program ini sudah terbukti pada tahun pembelajaran 2008-2009, dengan lulusnya 3 peserta didik dalam mengikuti UN tingkat MA setelah menempuh pendidikan selama 2 tahun.
Juga ada beberapa peserta didik yang lulus UN tetapi belum menuntaskan materi Madrasah serta Pondok Pesantren, maka mereka belum berhak untuk menerima ijazah kelulusan.
  1. 4. Buku kendali Pembelajaran
Untuk mengontrol kegiatan pembelajaran pada peserta didik, madrasah  memberlakukan monitoring melalui buku kendali pembelajaran yang harus dibawa oleh setiap peserta didik, guna dimintakan tanda tangan dan catatan dari Guru pengampu, sebagai bukti absensi kehadiran, partisipasi pembelajaran dan ketuntasan belajar. Buku ini akan dikontrol oleh Guru Pamong setiap harinya untuk memonitoring kegiatan siswa-santri dalam kegiatan pembelajaran.
  1. 5. Penilaian Portofolio dan Program Aplikasi Madrasah (PAM)
Sesuai dengan metode sorogan yang diterapkan di madrasah ini, kualitas dan ketuntasan peserta didik dalam suatu pembelajaran di nilai sesuai dengan tingkat pencapaiannya. Sebagaimana dalam metode sorogan di pesantren, santri boleh melanjutkan pembelajaran jika sudah dirasa menguasai materi atau kitab sebelumnya. Untuk mengetahui hal tersebut, santri menyorogkan hasil belajarnya kepada kiai atau ustadz yang bersangkutan untuk diuji kemampuannya dalam membaca, menterjemahkan (ala pesantren) dan pemahaman isi kitab tersebut.
Untuk itu setiap guru diharuskan menilai peserta didiknya setiap kali siswa-santri menyelesaikan satu materi atau satu kompetensi, agar betul-betul dapaty diketahui kualitas keilmuannya.
Untuk menyukseskan program metode sorogan ini, dibuatlah kriteria kelulusan peserta didik dalam pembelajaran formal sebagai berikut :
  1. Peserta didik harus lulus dan tuntas dalam mata pelajaran yang menjadi kurikulum madrasah dan pondok pesantren.
  2. Peserta didik harus lulus dalam mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional.
  3. Akhlaq dan tingkah laku selama masa pembelajaran menjadi pertimbangan penentuan kelulusan peserta didik dari madrasah.
  4. Peserta didik harus lulus dalam ujian akhir tertulis dan Praktik.
Dengan acuan tersebut, jika ada salah satu yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, maka peserta didik belum dinyatakan lulus perndidikan formal madrasah.
Penilaian ini menggunakan prinsip sebagai berikut :
  1. Berorientasi pada kompetensi.
  2. Mengacu pada patokan/standar. Kriteria-kriteria khusus telah ditetapkan untuk masing-masing mata pelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
  3. Ketuntasan belajar. Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan.
  4. Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan. Penilaian dimaksudkan untuk memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar pesrta didik, adil terhadap semua peserta didik, terbuka untuk semua pihak dan dilaksanakan secara terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.
Sebagai konpensasi dari sistem penilaian ini, madrasah menyediakan beberapa unit komputer bagi guru untuk memasukkan data nilai setiap peserta didik. Komputerisasi data dan nilai/raport hasil pembelajaran tersebut bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, teermasuk orang tua atau wali peserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana control dan monitoring terhadap kualitas proses pembelajaran di madrasah ini. Program ini dinamakan Program Aplikasi Madrasah (PAM).
Semua hasil penilaian dalam satu semester diolah untuk kemudian dijadikan raport kemajuan belajar peserta didik di akhir semester. Bentuk raport yang diberikan kepada peserta didik untuk disampaikan kepada orang tua atau walinya berbeda dengan bentuk raport pada madrasah atau sekolah lain. Di madrasah ini, raport diberikan apa adanya berupa print out hasil penilaian guru/ustadz di setiap materi atau kompetensi dasar yang telah diajarkan dan dujikan/disorogkan. Dengan demikian, setiap peserta didik mendapatkan raport sesuai jumlah pelajaran dan materi yang diikutinya, bisa satu siswa-santri mendapat 2 lembar raport untuk satu mata pelajaran jika ia telah menyelesaikan/menuntaskan lebih banyak materi dibanding kawan-kawanya.
Hasil kegiatan Pembelajaran peserta didik tersebut juga dapat diakses secara online melalui internet melalui situs www.yajri.or.id.
Pada prinsipnya, penggunaan metode sorogan yang diterapkan di madrasah ini dimaksudkan untuk membantu para orang tua dalam mendidik putra-putrinya. Ruh dan semangat metode sorogan merupakan sarana perangsang dan motivasi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini didasari dari pengertian bahwa pembelajaran merupakan proses membuat peserta didik belajar dan mempelajari hal-hal yang ia butuhkan dan disediakan untuk itu.
  1. 6. Guru Pamong dan Tutor sebaya
Guru Pamong adalah mereka yang bertugas untuk membina siswa-santri dalam implementasi pendidikan dan pembelajaran terutama di luar kegiatan pembelajaran formal. Mereka adalah para mutakhirrij (alumni) lembaga pendidikan ini yang turut berpartisipasi dalam perjuangan (khidmah) penyelenggaraan pendidikan di lembaga ini, baik mereka itu diminta oleh pengelola lembaga atau atas kemauan mereka sendiri untuk melakukan hal tersebut.
Mereka juga bertugas untuk membantu para orang tua/wali siswa-santri dalam menyimpan dan mengelola uang saku para siswa-santri agar terjamin keamanan dan penghematannya. Dalam konteks ini, para siswa-santri diwajibkan untuk menitipkan uang saku mereka kepada para Guru Pamong masing-masing setiap kali mendapatkannya dari orang tua atau wali mereka.
Guru Pamong juga mempunyai tugas sebagai mitra dan Tutor Sebaya dalam belajar di luar kelas formal. Mereka juga membimbing siswa-santri dalam kegiatan harian yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan.
Setiap menjelang dan akhir liburan, para Guru Pamong didampingi Guru BP dan bagian kesiswaan-keamanan mengadakan interaksi, koordinasi dan konsultasi dengan para orang tua atau wali siswa-santri yang menjemput untuk liburan atau mengantarkannya kembali pascaliburan. Dengan demikian terjalin komunikasi efektif dan dialogis terhadap perkembangan siswa-santri.
  1. 7. Penjemputan dan Pengantaran
Selain untuk tujan komunikasi antar Guru Pamong dan Orang Tua/wali, kegiatan penjemputan dan Pengantaran saat liburan mempunyai arti penting sebagai berikut :
  1. Menumbuhkan partisipasi Orang Tua/Wali terhadap kepedulian dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik.
  2. Monitoring partisipasi finansial orang tua/wali dalam menyukseskan program pendidikan dan pembelajaran.
  3. Meningkatkan silaturrohim, silatul afkar dan silatul a’mal.
  4. Keamanan dan ketertiban siswa-santri dalam perjalanan.
  5. Meningkatkan kesadaran orang tua/wali akan tanggung jawab pendidikan bagi putra/putrinya.

untuk adik-adikku ...

karantina UN 2010
Kepada adik – adikku

Calon peserta Ujian Akhir

Yang saya banggakan


Assalamu’alaikum wr wb.,

Alhamdulillah wasy syukru lillah,ash sholatu was salam ‘ala Rosulillah, amma ba’dah.

Pertama kali saya sampaikan selamat kepada kalian semua yang sampai saat ini sudah tercatat dalam daftar Nominasi Calon Peserta Ujian Nasional dan Ujian Madrasah tahun 2010. Semoga tidak ada aral melintang sehingga sampai waktunya kelak semuanya bisa mengikuti ujian dengan selamat dan sukses.


Saya awali tulisan saya ini dengan ucapan selamat karena memang ditengah pelaksanaan kurikulum yang dijalankan di madrasah serta pondok kita ini, boleh tidaknya seseorang siswa-santri mengikuti Ujian akhir masih menjadi perdebatan bagi semua civitas akademika di kampus kita ini, baik itu dari segi pencapaian dan ketuntasan materi/kompetensi ataupun akhlaq dan tingkah laku. Namun sampai saat ini semua yang kita daftarkan untuk mengikuti ujian, nama-namanya masih utuh, tidak berkurang jumlahnya.

Maka, bersyukurlah kalian bahwa pada tahun ini masih belum kita berlakukan diskualifikasi atau pencoretan (eliminasi) calon peserta Ujian Akhir Nasional/Madrasah bagi yang belum tuntas dan menyelesaikan materi pelajarannya atau karena akhlaqnya yang kurang layak untuk dipertimbangkan.


Adik-adikku yang saya banggakan,

Sengaja saya tulis tulisan ini sebagai bentuk “curhat” saya, baik selaku pribadi, guru, maupun yang diberi amanah untuk menjadi Ketua Panitia Madrasah Penyelenggara Ujian.

Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, kalaupun kalian kurang berkenan untuk membacanya, silahkan kertas ini kalian remas-remas, sobek-sobek dan kalian buang atau bakar. Saya ridlo dengan hal itu daripada menyakitkan perasaan kalian. Dan saya juga menyadari jika kalian selesai membaca tulisan saya ini belum tentu bisa merubah cara pandan dan gaya hidup kalian untuk menjadi seperti yang saya angankan.

Tapi kalau memang berkenan, silahkan teruskan untuk membacanya, semoga ada manfaatnya.


Adik-adikku,

Sampai saat ini sudah empat kali UCO atau Try Out UN yang kalian ikuti. Bagaimana hasilnya tentu kalian sendiri sudah tahu walaupun pihak madrasah belum menempelkannya secara resmi, karena memang dari UCO inilah diharapkan setiap individu mampu menyadari kekuatan dan kelemahannya dalam menghadapi Ujian yang sesungguhnya. Untuk itulah selalu saya tekankan agar mengerjakan UCO dengan kemampuan diri yang maksimal, jangan menyontek atau mengandalkan jawaban dari orang lain, karena hal itu hanya akan menipu diri sendiri.

Untuk yang sudah memperoleh hasil yang memuaskan saya ucapkan selamat dengan syarat jangan merasa puas dan takabbur. Teruslah berupaya untuk meningkatkan prestasi yang lebih maksimal lagi, tapi jangan dipaksakan sehingga bisa over dosis. Bagi yang belum beruntung, masih ada waktu untuk memperbaiki diri, jangan patah semangat, dengan terus memohon ridlo dan ma’unah Allah agar memudahkan kita dalam belajar dan berusaha.


Adik-adikku,

Baik bagi kalian yang sudah berhasil muaupun yang belum puas dengan hasil UCO, saya mengajak untuk terus berusaha untuk lebih giat belajar dan berusaha guna menyongsong Ujian Akhir di Madrasah dan Pondok ini, baik itu Ujian Nasional maupun Ujian Madrasah.

Ingatlah bahwa sebagian dari masa depanmu adalah kau ukir dan kau tentukan dari keberhasilanmu dalam ujian ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan berharga ini dengan meremehkannya ataupun tidak memperdulikannya. Persiapkanlah segala sesuatunya dengan maksimal agar kesuksesan dan kebahagiaan dapat kamu raih. Ingat juga bahwa penyesalan selalu datang belakangan.

Mumpung belum terlambat, ayo kita perbaharui niat dan usaha kita untuk kesuksesan dan kebahagiaan itu. Inilah saatnya untuk membuktikan bahwa kita bisa dan mampu untuk berprestasi, bahwa kita tidak menyia-nyiakan kesempatan, waktu dan harta dari orang tua serta wali yang telah membiayai belajar kita di madrasah dan pondok ini. Inilah kesempatan untuk membuktikan kepada guru-guru, asatidz dan terutama Abah Kiayi, bahwa kamu bukan siswa-santri yang tidak berbakti dengan ilmu dan pengetahuan yang telah mereka ajarkan.


Adik-adikku,

Madrasah dan pondok tempat kita bernaung saat ini sudah kadung terkenal, terutama eksistensi Abah dengan inovasi kurikulum pendidikan dan pembelajarannya. Sebelum ada pondok pun madrasah ini juga sudah terkenal dengan alumninya. Kalaulah saat ini kalian sebagai calon alumni Yajri, calon alumni santri Abah, lalu sudah siapkah kalian untuk menjadi alumni dengan keadaan dan kondisi yang ada pada diri kalian saat ini ?

Saya tidak akan mengatakan bahwa pihak pengelola madrasah akan malu kalau kalian tidak lulus, tetapi saya ingin mengembalikannya pada diri kalian. Kalian telah menempuh pendidikan dan pembelajaran di sini + 3-6 tahun, lalu apakah yang akan kalian banggakan setelah keluar dari madrasah/pondok ini ? apa yang kalian peroleh selama di sini ? apa yang bisa kalian manfaatkan setelah tidak lagi belajar di sini ? apa yang akan kalian jadikan bekal untuk meneruskan belajar di perguruan tinggi atau pondok pesantren lainnya atau ketika kembali ke rumah ? apa yang akan kalian amalkan dan kerjakan dalam kehidupan nyata bermasyarakat kelak ? pantaskah untuk menerima ijazah dan surat tanda tammat belajar …? sudah layakkah menyandang gelar “ALUMNI YAJRI” ?


Adik-adikku,

Terpaksa saya menulis tulisan ini karena saya tidak mampu untuk menyampaikannya secara verbal di depan kalian karena memang keterbatasan kompetensi verbal saya serta waktu yang bisa saya manfaatkan.

Sekali lagi, kalau kalian merasa terganggu dan kertas ini tiada berguna untuk kalian, silahkan buang atau bakar saja daripada mengganggu dan menyita waktu kalian.

Terus terang amanah yang saya terima sebagai Kepala Madrasah amatlah berat untuk mengantarkan kalian pada sebuah kesuksesan yang dinamakan LULUS UJIAN. Kelulusan sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab Kepala Madrasah, Pak Kiayi, Guru-guru maupun Asatidz, karena yang akan mengikuti ujian dan mengisi lembar jawab adalah siswa-santri, yaitu kalian sendiri. Untuk itu, sebesar usahamu, sebesar itu pula keuntungan yang nakan kamu peroleh.

Dulu Kiayi saya sering mengatakan, “ Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu ”. Maksudnya, sebesar kesadaran diri kita dalam menghadapi ujian dan kehidupan, sebesar itu pula keuntungan yang akan kita peroleh. Jika kesadaran itu baru sebatas yang penting hidup di pondok ini happy-happy saja ya sebatas itulah yang kamu dapatkan, setelah puas dengan ke-happy-anmu, tidak ada kepuasan lain yang menyertainya, apalagi kepuasan batin yang mendapat rahmat dan ridlo Allah SWT.

Saya sering merasa iri jika melihat dan sedikit membanding-mbanding masa usia kalian dengan masa usia pelajar sekolah/madrasah atau santri pondok lain, yang mana saya melihat kedewasaan kalian belum sebanding dengan mereka. Pada masa seperti usia kalian saat ini, seharusnya sudah tumbuh kedewasaan berpikir dan berbuat yang lebih layak lagi daripada yang kalian kerjakan saat ini. Ini bukan berarti saya menganggap kalian kekanak-kanakan. Lihatlah teman-teman seusia kalian di luar sana, lalu bandingkan dengan diri kalian sendiri, apa kelebihan dan kekurangan kalian ?

Disaat yang Lain berjibaku, berjihad dan berjuang untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan dengan bersungguh sungguh belajar, mengikuti les dan bimbingan belajar, privat dengan biaya mahal, menambah ibadah sunnah dan berdoa untuk mendekatkan diri pada Allah dan mencari ridlo serta ma’unahNya, nah apa yang kalian kerjakan …?


Adik-adikku,

Masih ada waktu untuk berbuat, galilah potensi dalam dirimu dengan prestasimu untuk meraih kesuksesan dan kebahagianmu, jangan kau sia-siakan amanah dari Allah SWT dalam mengelola waktu dan tubuhmu. Gunakan kesempatan yang ada untuk menambah kualitas hidupmu.

Masih banyak yang ingin saya sampaikan sebenarnya, insya Allah dilain kesempatan bisa diteruskan. Anggaplah ini bukan nasehat tapi sekedar curhat saya kepada kalian, semoga bermanfaat, mohon maaf kalau mengganggu dan menyita waktu dan pikiran kalian, semoga Allah meridloi.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Secang, 6 Maret 2010

Akhukum fillah,


Sitah Akhmad Zaenuri